VIEW SNIPPET

Philosophy of Metamorphosis

Metamorfosis adalah proses dari ulat menjadi "hewan baru" yaitu kupu-kupu. Prosesnya terjadi cukup panjang dan lama namum sederhana. Tujuannya jelas, agar si ulat menjadi hewan yang lebih "sempurna".

Tapi sebenarnya proses ulat menjadi kupu-kupu sama seperti halnya proses hidup manusia...

Berawal dari telur...



Manusia belum dilahirkan...

Menetas menjadi ulat....



Seorang manusia lahir dan memulai kehidupan yang penuh liku-liku.

Ulat sering dianggap hewan yang menjijikan dan hama karena merusak tanaman, meskipun beberapa ulat mempunyai corak yang eksotis (?!?!). Tapi ulat tetaplah ulat....

Sebenarnya yang dilakukan ulat tak lebih dari upaya mempertahankan kehidupannya,makan.
Selain makan, sebenarnya ulat bersiap menghadapi kematian yang selalu mengincarnya setiap saat;dimangsa burung atau predator lain.

Kehidupan manusia sangatlah dinamis,
terkadang apa yang dianggap baik oleh seseorang belum tentu baik dimata orang lain; bahkan bisa dianggap sangat menggangu.

Tapi untuk sementara, untuk mempertahankan keadaan hidupnya, seseorang rela "mengalah"; dicap sebagai pengganggu, sampah, atau looser.

Ulat dewasa memasuki fase kepompong....



Setelah menjadi ulat yang cukup dewasa,
ulat berhenti makan...
Lalu memasuki fase kepompong; berdiam diri.

Sama seperti manusia yang sudah menjalani kehidupan yang penuh perjuangan, tantangan, dan rintangan;manusia yang notabene makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibekali perasaan, pada saat tertentu melakukan instropeksi diri.

Melihat dengan hati nurani, mana tindakan yang salah, mana tindakan yang benar, mana perilaku yang harus dibuang, mana perilaku yang harus dipertahankan.

Hingga akhirnya....

Kepompong bermetamorfoziz menjadi kupu-kupu....



Ulat menjadi "hewan baru" yang berbeda 180 derajat.
Kupu-kupu meninggalkan semua sifat buruk ulat yang "perusak" dan "menjijikan", menjadi lebih "berguna" dan lebih "indah".
Kupu-kupu selain indah dipandang mata, juga berguna bagi penyebukan bunga yang dihinggapinya.

Seperti manusia yang mencapai tahap "kedewasaan"; bisa memilah-milah perilaku sehingga yang tersisa dari diri manusia "hanya" sifat baiknya saja.
Seseorang yang dewasa, selain bisa membawakan dirinya menjadi "lebih pantas", juga bisa lebih berguna bagi orang lain.

Tapi satu hal yang paling penting adalah,
itu semua berkat kuasa dan karunia Tuhan.